selamat datang

Welcome.....Welcome.....Welcome.....Welcome.....Welcome.....Welcome.....Welcome.....Welcome.....Welcome.....Welcome.....Welcome.....

Kamis, 18 Desember 2014

Tips Penempatan Mic Untuk Drum

Miking adalah proses pemilihan dan penempatan mikrofon pada set drum. Mikingmerupakan hal yang cukup vital, sebab miking adalah ‘nyawa’ penghantar sound saat live maupun rekaman. Jika proses miking salah, maka sound yang dihasilkan akan kurang sempurna. Meskipun drum set yang dipakai sebagai sumber suaranya merupakan branded ternama. Bagi kalangan pemula, seperti saya, mungkin tidak banyak yang menguasai teknik miking yang sempurna. Tetapi sebaiknya kita belajar mengetahui dasar-dasar teknik miking tersebut, seperti : Bagaimana menentukan mikrofon yang tepat dan menempatkannya pada set drum. 
Selain itu akan lebih baik pula jika sang drummer tersebut mau bekerja sama dan berdiskusi dengan SE. Misalnya tentang seberapa dalam mikrofon harus ditempatkan di dalam bass drum, serta dimana titik yang paling tepat ? Lalu berapa mikrofon yang harus digunakan untuk over head (mikrofon yang ditempatkan di atas set drum, yang bukan hanya untuk menangkap suara cymbal tapi keseluruhan bunyi drum set tersebut).
Untuk snare, ada yang melakukan dengan menggunakan dua buah mikrofon. Satu diletakkan di atas (top) untuk mengambil pukulan stick pada drumhead-nya, sedangkan satu lagi ditempatkan di bawah (bottom) snare untuk mengambil suara derakan snapy-nya. Namun ada juga yang cukup dengan satu mikrofon saja di bagian top snare. Terserah Anda mau pilih yang mana, karena itu adalah selera masing-masing SE.
Sedangkan untuk tom maupun floor, sebaiknya menggunakan mikrofon drum yang sudah dilengkapi dengan holder khusus untuk dijepitkan ke bagian pinggir drum. Atau bila menggunakan mikrofon yang bukan khusus untuk drum, gunakanlah stand yang cocok, dalam artian tidak terlalu besar. Karena bila menggunakan stand biasa, kadang malah mengganggu area sekitar drum set. Celakanya lagi, bila stand tersebut bolak-balik tersenggol karena kesibukan si drummer bermain atau SE sendiri yang sibuk mencari posisi miking yang baik, maka posisi mikrofon berubah dan berubah pula sound-nya.
Pilihan mikrofon bukanlah perkara enteng. Karena setiap sumber suara memiliki karakter yang berbeda, maka diperlukan pula mikrofon tertentu untuk dapat menangkap sumber suaranya dengan baik.
Ada cukup banyak pabrikan mikrofon yang sengaja mendesain mikrofon drum dan meluncurkannya secara satu set. Seperti buatanAudix, EV, AKG dan sebagainya. Namun begitu, beberapa pilihan mikrofon yang bisa dicoba dan paling sering disarankan oleh beberapa SE senior untuk miking snare adalah SM 57 buatan Shure. Setidaknya tipe ini cukup mudah didapat dan harganya juga bersahabat. Selain itu masih adaAKG D1000E atau Audix D3.
Untuk tom dan floor biasanya menggunakanShure SM 98, Audix D2, Sennheiser MD-421Uatau AKG 408. Sedangkan untuk Kick, biasanya menggunakan AKG D-112E, Audix D-4 S, Audio Technia AT-4060 atau Shure Beta 52. Sedangkan pada overhead, pertimbangkan untuk menggunakan mikrofon condenser karena ada beberapa kelebihan yang dimilikinya dibanding mikrofon dynamic. Pilihan yang paling sering untuk overhead ini adalah Shure SM81, AKG 451, dan lainnya.
Pilihan di atas sebenarnya tidaklah mutlak. Silahkan Anda bereksperimen sendiri, dan carilah karakter sound yang Anda sukai. Yang unik dalam dunia pro audio, yaitu kegemaran untuk melakukan eksperimen demi mendapatkan sound yang paling baik atau yang paling tepat. Sehingga bisa saja tiap SE menggunakan tipe mikrofon yang berbeda. Semuanya bukan masalah selama mendapatkan sound yang menjadi tujuan.
Pada prinsipnya berbagai tips di atas memang harus didukung dengan karakter permainan dan kemampuan teknis si drummer itu sendiri.
 Sumber : http://duniarekaman.blogspot.com/


»»  READMORE...

Kamis, 11 Desember 2014

POLYMORPHISM


Polymorphism mempunyai makna sesuatu yang memiliki banyak bentuk, yaitu memiliki nama sama, tetapi memiliki kelakuan (behaviour) yang berbeda. Polymorphism merupakan metode pewarisan sifat yang mana dalam anak kelas terdapat method yang mengoverride method dalam induk kelas.

Metode disebut polimorfis jika aksi yang dilakukan oleh suatu metode berbeda-beda tergantung pada objek aktual pada saat metode itu dijalankan. Polimorfisme adalah salah satu fitur utama dalam pemrograman berorientasi objek. Dengan adanya sifat pewarisan polimorfis itu berarti kita bisa menghemat koding.

Overloading sangat lekat dengan polimorfis karena di dalam polimorfis harus terdapat overloading yaitu keadaan dimana memiliki method dengan nama yang sama namun parameter berbeda. Method Overriding adalah kemampuan dari subclass untuk memodifikasi method dari superclass-nya, yaitu dengan cara menumpuk (mendefinisikan kembali) method superclass-nya.
»»  READMORE...

Video Saat Pertama Kali Indonesia Masuk Piala Dunia



Iniliah Video saat pertama kali Indonesia masuk Piala Dunia, pasti yang belum tahu bertanya - tanya apakah Indonesia pernah masuk piala dunia ?, ternyata dulu Indonesia pernah berlaga di piala dunia tepatnya pada tahun 1938. dan waktu itu Indonesia masih di bawah penjajahan Belanda. kalau penasaran tinggal puter aja videonya....







»»  READMORE...

Sabtu, 14 Juni 2014

Penggunaan Exception Pada Java

Contoh Penggunaan exception pada java :





Program diatas jika di run maka akan terjadi kesalahan :



Error pada saat kompilasi terjadi karena FileReader() yang merupakan salah satu objek pada paket java.io, memiliki aturan bahwa ketika dia menerima parameter nama file untuk dibaca, jika file yang bersangkutan tidak ada, akan dilemparkan sebuah exception yang bernama java.io.FileNotFoundException. Exception ini harus dikelola oleh sebuah fungsi yang menjadi exception-handler-nya.
Jika program diubah menjadi seperti ini :


Saat di run program akan menjadi : 





Contoh penggunaan exception pada program :

 Hasil run program :



Dengan menggunakan exception kita tidak membutuhkan lebih banyak if-else yang mengurangi efektifitas program, operator yang digunakan untuk penanganan exception ini adalah try-catch.


»»  READMORE...